Senin, 13 Desember 2010

Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut the Centers for Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS dilaporkan per tahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini.

Gejala PMS (Penyakit Menular Seksual) :
1) Keluar Cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada wanita, terjadi peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih, kekuningan, kehijauan, atau kemerahmudaan. Keputihan bisa memiliki bau yang tidak sedap dan berlendir.
2) Pada pria, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing, biasanya disebabkan oleh PMS. Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan oleh PMS tapi juga disebabkan oleh infeksi kandung kencing yang tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
3) Luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut. Luka tersebut dapat terasa sakit atau tidak.
4) Tonjolan kecil-kecil (papules) disekitar alat kelamin
5) Kemerahan di sekitar alat kelamin
6) Pada pria, rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar
7) Rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak berhubungan dengan menstruasi
8) Bercak darah setelah hubungan seksual

Beberapa penyakit menular seksual :
1. Klamidia klamidia adalah PMS yang sangat berbahaya dan biasanya tidak menunjukkan gejala; 75% dari perempuan dan 25% dari pria yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala sama sekali.
a. Tipe: Bakterial
b. Cara Penularan: Hubungan seks vaginal dan anal.
c. Gejala:
Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25% kasus pada laki-laki tidak menunjukkan gejala. Gejala yang ada meliputi keputihan yang abnormal, dan rasa nyeri saat kencing baik pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan juga dapat mengalami rasa nyeri pada perut bagian bawah atau nyeri saat hubungan seksual, pada laki-laki mungkin akan mengalami pembengkakan atau nyeri pada testis.
d. Pengobatan:
Infeksi dapat diobati dengan antibiotik. Namun pengobatan tersebut tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.
e. Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi:
Pada perempuan, jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP) yang pada gilirannya dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis. Pada laki-laki, jika tidak diobati, klamidia akan menyebabkan epididymitis, yaitu sebuah peradangan pada testis (tempat di mana sperma disimpan), yang mungkin dapat menyebabkan kemandulan. Individu yang terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut.
f. Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin dan bayi baru lahir:
Lahir premature, pneumonia pada bayi dan infeksi mata pada bayi baru lahir yang dapat terjadi karena penularan penyakit ini saat proses persalinan.
g. Pencegahan:
Tidak melakukan hubungan seksual secara vaginal maupun anal dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko tertular penyakit ini.

2. Gonore – gonore adalah salah satu PMS yang sering dialporkan. 40% penderita akan mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP) jika tidak diobati, dan hal tersebut dapat menyebabkan kemandulan.
a. Tipe: Bakterial
b. Cara penularan: Hubungan seks vaginal, anal dan oral.
c. Gejala:
Walaupun beberapa kasus tidak menunjukkan gejala, jika gejala muncul, sering hanya ringan dan muncul dalam 2-10 hari setelah terpapar. Gejala-gejala meliputi discharge dari penis, vagina, atau rektum dan rasa panas atau gatal saat buang air kecil.
d. Pengobatan:
Infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotik. Namun tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.
e. Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi:
Pada perempuan jika tidak diobati, penyakit ini merupakan penyebab utama Penyakit Radang Panggul, yang kemudian dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis. Dapat menyebabkan kemandulan pada pria. Gonore yang tidak diobati dapat menginfeksi sendi, katup jantung dan/atau otak.
f. Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir: Gonore dapat menyebabkan kebutaan dan penyakit sistemik seperti meningitis dan arthritis sepsis pada bayi yang terinfkesi pada proses persalinan. Untuk mencegah kebutaan, semua bayi yang lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk pengobatan gonore.
g. Pencegahan:
Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk pencegahan. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini.

3. Hepatitis B – vaksin pencegahan penyakit ini sudah ada, tapi sekali terkena penyakit ini tidak dapat disembuhkan; dapat menyebabkan kanker hati.
a. Tipe: Viral
b. Cara Penularan:
Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; memakai jarum suntik bergantian; perlukaan kulit karena alat-alat medis dan kedokteran gigi; melalui transfusi darah.
c. Gejala:
Sekitar sepertiga penderita HBV tidak menunjukkan gejala. Gejala yang muncul meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot, lemah, kehilangan nafsu makan, muntah dan diare. Gejala-gejala yang ditimbulkan karena gangguan di hati meliputi air kencing berwarna gelap, nyeri perut, kulit menguning dan mata pucat.
d. Pengobatan:
Belum ada pengobatan. Kebanyakan infeksi bersih dengan sendirinya dalam 4-8 minggu. Beberapa orang menjadi terinfeksi secara kronis.
e. Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi:
Untuk orang-orang yang terinfeksi secara kronis, penyakit ini dapat berkembang menjadi cirrhosis, kanker hati dan kerusakan sistem kekebalan.
f. Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir:
Perempuan hamil dapat menularkan penyakit ini pada janin yang dikandungnya. 90% bayi yang terinfeksi pada saat lahir menjadi karier kronik dan berisiko untuk tejadinya penyakit hati dan kanker hati. Mereka juga dapat menularkan virus tersebut. Bayi dari seorang ibu yang terinfeksi dapat diberi immunoglobulin dan divaksinasi pada saat lahir, ini berpotensi untuk menghilangkan risiko infeksi kronis.
g. Pencegahan:
Tidak melakukan hubungan seks dengan orang yang terinfeksi khususnya seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani dan secret vagina paling mungkin dipertukarkan adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan virus hepatitis B melalui hubungan seks. Kondom dapat menurunkan risiko tetapi tidak dapat sama sekali menghilangkan risiko untuk tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Hindari pemakaian narkoba suntik dan memakai jarum suntik bergantian. Bicarakan dengan petugas kesehatan kewaspadaan yang harus diambil untuk mencegah penularan Hepatitis B, khususnya ketika akan menerima tranfusi produk darah atau darah. Vaksin sudah tersedia dan disarankan untuk orang-orang yang berisiko terkena infeksi Hepatitis B. Sebagai tambahan, vaksinasi Hepatitis B sudah dilakukan secara rutin pada imunisasi anak-anak sebagaimana direkomendasikan oleh the American Academy of Pediatrics.

4. Herpes – terasa nyeri dan dapat hilang timbul; dapat diobati untuk mengurangi gejala tetapi tidak dapat disembuhkan.
a. Tipe: Viral
b. Cara Penularan:
Herpes menyebar melalui kontak seksual antar kulit dengan bagian-bagian tubuh yang terinfeksi saat melakukan hubungan seks vaginal, anal atau oral. Virus sejenis dengan strain lain yaitu Herpes Simplex Tipe 1 (HSV-1) umumnya menular lewat kontak non-seksual dan umumnya menyebabkan luka di bibir. Namun, HSV-1 dapat juga menular lewat hubungan seks oral dan dapat menyebabkan infeksi alat kelamin.
c. Gejala-gejala:
Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi rasa gatal atau terbakar; rasa nyeri di kaki, pantat atau daerah kelamin; atau keputihan. Bintil-bintil berair atau luka terbuka yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah kelamin, pantat, anus dan paha, walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh yang lain. Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa minggu tetapi dapat muncul kembali.
d. Pengobatan:
Belum ada pengobatan untuk penyakit ini. Obat anti virus biasanya efektif dalam mengurangi frekuensi dan durasi (lamanya) timbul gejala karena infeksi HSV-2.
e. Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
Orang yang terinfeksi dan memiliki luka akan meningkat risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar sebab luka tersebut menjadi jalan masuk virus HIV.
f. Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi:
Perempuan yang mengalami episode pertama dari herpes genital pada saat hamil akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya kelahiran prematur. Kejadian akut pada masa persalinan merupakan indikasi untuk dilakukannya persalinan dengan operasi cesar sebab infeksi yang mengenai bayi yang baru lahir akan dapat menyebabkan kematian atau kerusakan otak yang serius.
g. Pencegahan:
Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan virus herpes genital melalui hubungan seks. Kondom dapat mengurangi risiko tetapi tidak dapat samasekali menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Walaupun memakai kondom saat melakukan hubungan seks, masih ada kemungkinan untuk tertular penyakit ini yaitu melalui adanya luka di daerah kelamin.

5. HIV/AIDS – dikenal pertama kali pada tahun 1984, AIDS adalah penyebab kematian ke enam pada laki-laki dan perempuan muda. Virus ini fatal dan menimbulkan rasa sakit yang cukup lama sebelum kemudian meninggal.
a. Tipe: Viral
b. Cara Penularan:
Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; darah atau produk darah yang terinfeksi; memakai jarum suntik bergantian pada pengguna narkoba; dan dari ibu yang terinfeksi kepada janin dalam kandungannya, saat persalinan, atau saat menyusui.
c. Gejala-gejala:
Beberapa orang tidak mengalami gejala saat terinfeksi pertama kali. Sementara yang lainnya mengalami gejala-gejala seperti flu, termasuk demam, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah dan pembengkakan saluran getah bening. Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang dalam seminggu sampai sebulan, dan virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif (dormant) selama beberapa tahun. Namun, virus tersebut secara terus menerus melemahkan sistem kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat bertahan terhadap infeksi-infeksi oportunistik.
d. Pengobatan:
Belum ada pengobatan untuk infeksi ini. Obat-obat anti retroviral digunakan untuk memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang terinfeksi. Obat-obat lain digunakan untuk melawan infeksi oportunistik yang juga diderita.
e. Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
Hampir semua orang yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS dan meninggal karena komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan AIDS.
f. Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi:
20-30% dari bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari AIDS akan muncul dalam satu tahun pertama kelahiran. 20% dari bayi-bayi yang terinfeksi tersebut akan meninggal pada saat berusia 18 bulan. Obat antiretroviral yang diberikan pada saat hamil dapat menurunkan risiko janin untuk terinfeksi HIV dalam proporsi yang cukup besar.
g. Pencegahan:
Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi, khususnya hubungan seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani atau secret vagina paling mungkin dipertukarkan, adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seks. Kondom dapat menurunkan risiko penularan tetapi tidak menghilangkan sama sekali kemungkinan penularan. Hindari pemakaian narkoba suntik dan saling berbagi jarum suntik. Diskusikan dengan petugas kesehatan tindakan kewaspadaan yang harus dilakukan untuk mencegah penularan HIV, terutama saat harus menerima transfusi darah maupun produk darah.

6. Human Papilloma Virus (HPV) & Kutil kelamin – PMS yang paling sering, 33% dari perempuan memiliki virus ini, yang dapat menyebabkan kanker serviks dan penis dan nyeri pada kelamin
a. Tipe: Viral
b. Cara Penularan: Hubungan seksual vaginal, anal atau oral.
c. Gejala-gejala:
Tonjolan yang tidak sakit, kutil yang menyerupai bunga kol tumbuh di dalam atau pada kelamin, anus dan tenggorokan.
d. Pengobatan:
Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini. Kutil dapat dihilangkan dengan cara-cara kimia, pembekuan, terapi laser atau bedah.
e. Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
HPV adalah virus yang menyebabkan kutil kelamin. Beberapa strains dari virus ini berhubungan kuat dengan kanker serviks sebagaimana halnya juga dengan kanker vulva, vagina, penis dan anus. Pada kenyataannya 90% penyebab kanker serviks adalah virus HPV. Kanker serviks ini menyebabkan kematian 5.000 perempuan Amerika setiap tahunnya.
f. Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi:
Pada bayi-bayi yang terinfeksi virus ini pada proses persalinan dapat tumbuh kutil pada tenggorokannya yang dapat menyumbat jalan nafas sehingga kutil tersebut harus dikeluarkan.
g. Pencegahan:
Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan. Kondom hampir tidak berfungsi sama sekali dalam mencegah penularan virus ini melalui hubungan seks.

7. Sifilis – jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan otak dan hati yang serius.
a. Tipe: Bakterial
b. Cara Penularan:
Cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks vaginal, anal atau oral. Namun, penyakit ini juga dapat ditularkan melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang disebabkan oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang yang tidak terinfeksi.
c. Gejala-gejala:
Pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka yang tidak terasa sakit atau "chancres" yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapat juga muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati penyakit akan berkembang ke fase berikutnya yang dapat meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada tenggorokan, rambut rontok dan pembengkakan kelenjar di seluruh tubuh.
d. Pengobatan:
Penyakit ini dapat diobati dengan penisilin; namun, kerusakan pada organ tubuh yang telah terjadi tidak dapat diperbaiki.
e. Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati, otak, mata, sistem saraf, tulang dan sendi dan dapat menyebabkan kematian. Seorang yang sedang menderita sifilis aktif risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut akan meningkat karena luka (chancres) merupakan pintu masuk bagi virus HIV.
f. Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi:
Jika tidak diobati, seorang ibu hamil yang terinfeksi sifilis akan menularkan penyakit tersebut pada janin yang dikandungnya. Janin meninggal di dalam dan meninggal pada periode neonatus terjadi pada sekitar 25% dari kasus-kasus ini. 40-70% melahirkan bayi dengan sifilis aktif. Jika tidak terdeteksi, kerusakan dapat terjadi pada jantung, otak dan mata bayi.
g. Pencegahan:
Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan sifilis melalui hubungan seksual. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Masih ada kemungkinan tertular sifilis walaupun memakai kondom yaitu melalui luka yang ada di daerah kelamin. Usaha untuk mencegah kontak non-seksual dengan luka, ruam atau lapisan bermukosa karena adanya sifilis juga perlu dilakukan.

8. Trikomoniasis – dapat menyebabkan keputihan yang berbusa atau tidak ada gejala sama sekali. Pada perempuan hamil dapat menyebabkan kelahiran premature.
a. Tipe: Disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis.
b. Prevalensi:
Trikomoniasis adalah PMS yang dapat diobati yang paling banyak terjadi pada perempuan muda dan aktif seksual. Diperkirakan, 5 juta kasus baru terjadi pada perempuan dan laki-laki.
c. Cara Penularan:
Trikomoniasis menular melalui kontak seksual. Trichomonas vaginalis dapat bertahan hidup pada benda-benda seperti baju-baju yang dicuci, dan dapat menular dengan pinjam meminjam pakaian tersebut.
d. Gejala-gejala:
Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak, berbusa, dan berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air kecil dan atau saat berhubungan seksual juga sering terjadi. Mungkin terdapat juga nyeri vagina dan gatal atau mungkin tidak ada gejala sama sekali. Pada laki-laki mungkin akan terjadi radang pada saluran kencing, kelenjar, atau kulup dan/atau luka pada penis, namun pada laki-laki umumnya tidak ada gejala.
e. Pengobatan:
Penyakit ini dapat disembuhkan. Pasangan seks juga harus diobati.
f. Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
Radang pada alat kelamin pada perempuan yang terinfeksi trikomoniasis mungkin juga akan meningkatkan risiko untuk terinfeksi HIV jika terpapar dengan virus tersebut. Adanya trikomoniasis pada perempuan yang juga terinfeksi HIV akan meningkatkan risiko penularan HIV pada pasangan seksualnya.
g. Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi:
Trikomoniasis pada perempuan hamil dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan kelahiran prematur.
h. Pencegahan:
Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satu cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan trikomoniasis melalui hubungan seksual. Kondon dan berbagai metode penghalang sejenis yang lain dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko untuk tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Hindari untuk saling pinjam meminjam handuk atau pakaian dengan orang lain untuk mencegah penularan non-seksual dari penyakit ini.

Beberapa infeksi saluran reproduksi :
1) Bakterial Vaginosis – Menyebabkan nyeri saat buang air kecil, jika tidak diobati dapat menyebabkan kegagalan ginjal.
2) Kandidiasis - Kandidiasis, atau infeksi jamur, sesungguhnya bukan PMS namun dapat juga ditularkan melalui hubungan seksual, menyebabkan rasa seperti terbakar, gatal dan tidak nyaman. Dapat diobati dengan obat yang dijual tanpa resep, namun biasanya dapat kambuh
3) Chancroid – Luka atau bintil yang besar dan nyeri, dapat pecah.
4) Granuloma Inguinale – Menyebabkan luka-luka yang tidak terasa sakit yang dapat membesar dan mudah berdarah.
5) Lymphogranuloma Venereum – Menyebabkan lesi-lesi, luka dan abses pada lipat paha.
6) Molluscum Contagiosum – Virus ini menyebabkan lesi-lesi yang halus dan mengkilap yang harus dihilangkan satu per satu oleh dokter.
7) Mucopurulent Cervicitis (MPC) – Menyebabkan keluarnya keputihan dari serviks, dapat menyebabkan Penyakit Radang Panggul atau keguguran pada ibu hamil.
8) Nongonococcal Urethritis (NGU) – Mengenai laki-laki dan dapat menyebabkan masalah pada saat buang air kecil, dapat disebabkan oleh klamidia.
9) Penyakit Radang Panggul/Pelvic Inflammatory Disease (PID) – Dapat disebabkan oleh berbagai bakteri, menular melalui hubungan seksual atau cara-cara lain. Dapat menyebabkan rasa nyeri, kemandulan dan bahkan kematian.

Minggu, 10 Oktober 2010

infeksi nifas

A. INFEKSI NIFAS

1.Pengertian
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang di sebabkan oleh masuknya kuman2 ke
dalam alat2 genital pada waktu persalinan dan nifas.

2.Etiologi
a.Berdasarkan masuknya kuman ke dalam alat kandungan
1. Ektogen ( kuman datang dari luar )
2. Autogen ( kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh )
3. Endogen ( dari jalan lahir sendiri )
b.Berdasarkan kuman yang sering menyebabkan infeksi
1. Streptocucus Haemolyticus Aerobik
Menyebabkan infeksi berat yang di tularkan dari penderita lain, alat2 yang
tidak suci hama, tangan penolong
2. Staphylococus aureus
Infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyeban infeksi di rumah sakit
3. Eschericia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkan infeksi terbatas
4. Clostridium welchii
Kuman aerobik yang sangat berbahaya, sering di temukan pada abortus
criminalis dan partus yang di tolong dukun dari luar rumah sakit.

3. Patofisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insersio placenta merupakan sebuah luka dengan d
diameter kira2 4cm. Permukaannya tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya
vena yang di tutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya
kuman dan masuknya jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Servik sering mengalami
perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva, vagina dan perineum, yang
merupakan tempat masuknya kuman patogen.

Infeksi nifas dapat di bagi menjadi 2 golongan, yaitu
1. infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, servik dan endometrium,
2. Penyebaran dari tempat tersebut melalui vena2, melalui jalan limfe dan melalui
jalan endometrium.
4. Tanda dan gejala

Infeksi akut di tandai dengan demam, sakit di daerah infeksi, berwarna kemerahan, fungsi organ tersebut terganggu.

Infeksi masa nifas umumnya terjadi di rahim yang ditandai dengan gejala-gejala:
1) Demam ringan sampai tinggi.
2) Rasa nyeri (tegang), terutama di bagian bawah perut (di daerah rahim).
3) Lokia berbau busuk, dan berwarna darah agak kekuningan (karena bercampur dengan
nanah).
4) Terjadi kelumpuhan pada otot rahim, sehingga rahim tidak bisa kuncup dengan baik,
yang disebut sub-involusi. Akibatnya, perut akan terlihat bengkak dan kembung,
bahkan dapat menimbulkan perdarahan

Sementara, penyebab infeksi masa nifas diantaranya;
1) Proses persalinan yang tidak bersih atau tidak memenuhi standar kebersihan. Kuman
bisa masuk ke dalam rahim melalui sarung tangan atau alat-alat rumah sakit yang
kurang steril.
2) Infeksi menyebar, karena naiknya kuman di vagina ke dalam rahim, akibat kebersihan
vagina yang tidak terjaga.
3) Sebelum persalinan sudah terjadi infeksi pada ari-ari dan selaput ketuban yang
ditandai dengan ketuban pecah dini dengan air ketuban yang hijau dan kadang
berbau.
4) Sebagian kecil dari plasenta ada yang tertinggal di rahim, menyebabkan pembusukan
dan tumbuhnya kulit

Gambaran klinis infeksi dapat berbentuk :
a) Infeksi lokal
1) Pembengkakan luka episiotomi.
2) Terjadi penanahan.
3) Perubahan warna lokal.
4) Pengeluaran lochia bercampur nanah.
5) Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri.
6) Temperatur badan dapat meningkat
b) Infeksi umum
1) Tampak sakit dan lemah.
2) Temperatur meningkat diatas 39oC.
3) Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.
4) Pernapasan dapat meningkat dan napas terasa sesak.
5) Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma.
6) Terjadi gangguan involusi uterus.
7) Lochia : berbau, bernanah serta kotor.

5. Cara terjadinya infeksi
a) Manipulasi penolong : periksa dalam yang berulang-ulang dapat membawa bakteri
yang sudah ada ke dalam rongga rahim.
b) Alat2 yang tidak steril
c) Infeksi rumah sakit ( nosokomial )
d) Koitus pada akhir krhamilan pada ketuban pecah dini
e) Infeksi intra partum, sering dijumpai pada kasus lama, partus terlantar, ketuban
pecah lama, terlalu sering periksa dalam. Gejalanya adalah demam, dehidrasi,
lekositosis, takikardi, denyut jantung janin naik, dan air ketuban berbau serta
berwarna keruh kehijauan. Dapat terjadi amnionitis, korionitis dan bila
berlanjut dapat terjadi infeksi janin dan infeksi umum.

6. Faktor predisposisi
a. Persalinan yang berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar.
b. Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum.
c. Proses persalinan yang tidak bersih atau tidak memenuhi standar kebersihan.
Kuman bisa masuk ke dalam rahim melalui sarung tangan atau alat-alat rumah
sakit yang kurang steril.
d. Infeksi menyebar, karena naiknya kuman di vagina ke dalam rahim, akibat
kebersihan vagina yang tidak terjaga.
e. Sebelum persalinan sudah terjadi infeksi pada ari-ari dan selaput ketuban yang
ditandai dengan ketuban pecah dini dengan air ketuban yang hijau dan kadang
berbau.
f. Sebagian kecil dari plasenta ada yang tertinggal di rahim, menyebabkan
pembusukan dan tumbuhnya kulit.

7. Beberapa faktor predisposisi :
1. Kurang gizi atau malnutrisi
2. Anemia
3. Higiene
4. Kelelahan
5. Proses persalinan bermasalah
a. Partus lama/macet
b. Korioamnionitis
c. Persalinan traumatik
d. Kurang baiknya proses pencegahan infeksi
e. Manipulasi yang berlebihan
f. Dapat berlanjut ke infeksi dalam masa nifas.

8. Pencegahan
a) Lakukan mobilisasi dini shingga darah lochea keluar dengan lancar
b) Perlukaan di rawat dengan baik
c) Rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi infeksi nosokomial

Senin, 12 April 2010

rawat inap

RAWAT INAP


Kegiatan pendokumentasian yang dilakukan pada rawat inap hampir sama dengan rawat jalan kecuali beberapa hal seperti persetujuan pengobatan/tindakan, catatan konsultasi, catatan perawatan oleh tenaga kesehatan, catatan observasi klinik,hasil pengobatan, evaluasi pengobatan.


Pendokumetasian yang dilakukan pada rawat inap, adalah :
a. Mulai dengan nama pasien dan berikan latar belakang pasien sebagai informasi dasar kemudian beri gambaran umum sesuai dengan data buka interprestasi bidan
b. Pencatatan laporan secara sistematik menurut hasil kajian dan urutan kronologis
c. Semua tindakan medik/prosedur kebidanan yang istimewa, misalkan ketuban yang sudah dipecahkan dengan sengaja ataupun yang pecah secara spontan dengan jam, jumlah dan sifatnya harus di dokumentasikan dengan benar dan hati-hati.


Kegiatan akhir dari pendokumetasian adalah pelaporan, variasi laporan menurut tingkat kebutuhan, misalnya :
a. Laporan shift atau giliran jaga
b. Laporan ini niasanya dibuat dan disampaikan pada setiap pergantian gilir jaga. Laporan ini terutama mengenai kondisi dan perkembangan pasien. Selain itu laporan gilir jaga juga dapat berupa serah terima obat-obatan terutama obat jenis narkotik yang dalam pengawasan ketat. Dapat juga pelaporan mengenai peralatan yang sudah terpakai atau dalam persediaan.
c. Laporan harian
d. Biasa berupa jumlah pasien masuk, persalinan, kebutuhan tenaga, dan seterusnya.
e. Laporan mingguan, bulanan, triwulan atau tahunan tergantung kebutuhan, permintaan atau ketentuan dari institusi peraturan pemerintah.

Dalam rangka mengevaluasi perkembangan/kemajuan klien dapat dilakukan dengan cara pengamatan (observasi), interaksi antara bidan dan klien, keluarga dan anggota tim yang lain (wawancara). Manajemen kebidanan merupakan metode/bentuk pendekatan yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, dimana bidan harus membuat suatu catatan perkembangan dari kondisi pasien untuk dapat memecahkan masalah. Catatan perkembangan kadang-kadang dalam bentuk kertas polos tanpa kolom yang kemudian lebih dikenal dengan metode SOAP (IER) sebagai panduan untuk menampilkan informasi tentang pasien. Atau juga disebut sebagai SOAP notes, yang kemudian dimodifikasi secara individual menjadi metode SOAPIE, SOAPIER, SOAPIED.

A. METODE SOAP (SUBJEKTIF, OBJEKTIF, ASSESSMENT, PLANNING)
SOAP adalah cara mencatat informasi tentang pasien yang berhubungan dengan masalah pasien yang terdapat pada catatan kebidanan.
Konsep SOAP adalah :
S : Subyektif
Catatan yang berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien, ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa (data subyektif). Pada orang yang bisu dibagian data dibelakang S diberi tanda “Nol” atau “X”, sedangkan pada bayi atau anak kecil data subyektif ini dapat diperoleh dari orang tua. Data subyektif ini dapat digunakan untuk menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.


O : Obyektif
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa. Data phisiologi, hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG, USG, dll) dapat digolongkan kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen penting dari diagnosa yang akan ditegakkan.


Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium dan test diagnostic lainnya yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan atau menegakkan diagnosa sebagai langkah I Varney.


A : Assesment
Analisa atau assesmen pengkajian yaitu masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subyektif dan obyektif yang dikumpulkan dan disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subyektif dan obyektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin sesuatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.


Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan data obyektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa/masalah
2. Antisipasi diagnosa/masalah
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan.

Sebagai langkah II, III dan IV Varney.


P : Plan/ Planning
Plan/planning/perencanaan yaitu membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang ini untuk mengusahakan mencapai kondisi pasien sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan atau proses persalinannya dan harus mendukung rencana dokter bila itu dalam manajemen kolaborasi atau rujukan.


Catatan ini menggambarkan pendokumentasian tindakan (Implentasi) dan evaluasi perencanaan berdasarkan assessment, sebagai langkah V, VI, dan VII Varney.
Perencanaan ini meliputi :
1. Rencana konsultasi
2. Rencana tes diagnostic/laboratorium
3. Rencana rujukan (bila diperlukan)
4. Rencana pemberian pendidikan kesehatan /konseling
5. Rencana follow up/tindak lanjut.

B. METODE SOAPIE (SUBJEKTIF, OBJEKTIF, ASSESSMENT, PLANNING, IMPLEMENTASI, EVALUASI)


S : Subyektif
Catatan yang berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien, ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa (data subyektif). Pada orang yang bisu dibagian data dibelakang S diberi tanda “Nol” atau “X”, sedangkan pada bayi atau anak kecil data subyektif ini dapat diperoleh dari orang tua. Data subyektif ini dapat digunakan untuk menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.


O : Obyektif
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa. Data phisiologi, hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG, USG, dll) dapat digolongkan kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen penting dari diagnosa yang akan ditegakkan.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium dan test diagnostic lainnya yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan atau menegakkan diagnosa sebagai langkah I Varney.


A : Assesment
Analisa atau assesmen pengkajian yaitu masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subyektif dan obyektif yang dikumpulkan dan disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subyektif dan obyektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian addalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin sesuatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan data obyektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa/masalah
2. Antisipasi diagnosa/masalah
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan.
Sebagai langkah II, III dan IV Varney.
P : Plan/ Planning
Plan/planning/perencanaan yaitu membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang ini untuk mengusahakan mencapai kondisi pasien sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan atau proses persalinannya dan harus mendukung rencana dokter bila itu dalam manajemen kolaborasi atau rujukan.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian tindakan (Implentasi) dan evaluasi perencanaan berdasarkan assessment, sebagai langkah V Varney.
Perencanaan ini meliputi :
1. Rencana konsultasi
2. Rencana tes diagnostic/laboratorium
3. Rencana rujukan (bila diperlukan)
4. Rencana pemberian pendidikan kesehatan/konseling
5. Rencana follow up/tindak lanjut.
I : Intervensi/implementasi
Catatan ini merupakan pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah, keluhan atau mencapai tujuan pasien (persalinan). Tindakan ini harus disetujui oleh pasien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Oleh karena itu, pilihan pasien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini. Apabila kondisi pasien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan. Catatan ini sebagai langkah VI Varney.


E : Evaluasi
Catatan ini merupakan tafsiran/ penilaian dari efek tentang tindakan yang telah diambil yaitu penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari penilaian ketepatan tindakan. Kalau kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjaddi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat mencapai tujuan. Catatan ini sebagai langkah VII Varney.

C. METODE SOAPIER (SUBJEKTIF, OBJEKTIF, ASSESSMENT, PLANNING, IMPLEMENTASI, EVALUASI, REASSESSMENT)
S : Subyektif
Catatan yang berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien, ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa (data subyektif). Pada orang yang bisu dibagian data dibelakang S diberi tanda “Nol” atau “X”, sedangkan pada bayi atau anak kecil data subyektif ini dapat diperoleh dari orang tua. Data subyektif ini dapat digunakan untuk menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.


O : Obyektif
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa. Data phisiologi, hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG, USG, dll) dapat digolongkan kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen penting dari diagnosa yang akan ditegakkan.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium dan test diagnostic lainnya yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan atau menegakkan diagnosa sebagai langkah I Varney.


A : Assesment
Analisa atau assesmen pengkajian yaitu masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subyektif dan obyektif yang dikumpulkan dan disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subyektif dan obyektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian addalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin sesuatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan data obyektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa/masalah
2. Antisipasi diagnosa/masalah
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan.
Sebagai langkah II, III dan IV Varney.


P : Plan/ Planning
Plan/planning/perencanaan yaitu membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang ini untuk mengusahakan mencapai kondisi pasien sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan atau proses persalinannya dan harus mendukung rencana dokter bila itu dalam manajemen kolaborasi atau rujukan.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian tindakan (Implentasi) dan evaluasi perencanaan berdasarkan assessment, sebagai langkah V Varney.
Perencanaan ini meliputi :
1. Rencana konsultasi
2. Rencana tes diagnostic/laboratorium
3. Rencana rujukan (bila diperlukan)
4. Rencana pemberian pendidikan kesehatan/konseling
5. Rencana follow up/tindak lanjut.


I : Intervensi/implementasi
Catatan ini merupakan pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah, keluhan atau mencapai tujuan pasien (persalinan). Tindakan ini harus disetujui oleh pasien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Oleh karena itu, pilihan pasien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini. Apabila kondisi pasien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan. Catatan ini sebagai langkah VI Varney.


E : Evaluasi
Catatan ini merupakan tafsiran/penilaian dari efek tentang tindakan yang telah diambil yaitu penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari penilaian ketepatan tindakan. Kalau kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjaddi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat mencapai tujuan. Catatan ini sebagai langkah VII Varney.


R : Revisi atau perbaikan/ Reassesment
Catatan ini merupakan perubahan terhadap suatu tidakan, dimana komponen evaluasi dapat menjadi suatu petunjuk perlunya perbaikkan dari perubahan intervensi dan tindakan atau menunjukkan perubahan dari rencana awal atau perlu suatu kolaborasi baru atau rujukan. Dari perubahan rencana tindakan tersebut, berdasarkan keadaan atau kondisi pasien saat itu dapat ditegakkan diagnosa kembali (Reassesment).

D. METODE SOAPIED (SUBJEKTIF, OBJEKTIF, ASSESSMENT, PLANNING, IMPLEMENTASI, DOKUMENTASI )


S : Subyektif
Catatan yang berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien, ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa (data subyektif). Pada orang yang bisu dibagian data dibelakang S diberi tanda “Nol” atau “X”, sedangkan pada bayi atau anak kecil data subyektif ini dapat diperoleh dari orang tua. Data subyektif ini dapat digunakan untuk menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.


O : Obyektif
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa. Data phisiologi, hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG, USG, dll) dapat digolongkan kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen penting dari diagnosa yang akan ditegakkan.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium dan test diagnostic lainnya yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan atau menegakkan diagnosa sebagai langkah I Varney.


A : Assesment
Analisa atau assesmen pengkajian yaitu masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subyektif dan obyektif yang dikumpulkan dan disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subyektif dan obyektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian addalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin sesuatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan data obyektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa/masalah
2. Antisipasi diagnosa/masalah
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan.
Sebagai langkah II, III dan IV Varney.


P: Plan/ Planning
Plan/planning/perencanaan yaitu membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang ini untuk mengusahakan mencapai kondisi pasien sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan atau proses persalinannya dan harus mendukung rencana dokter bila itu dalam manajemen kolaborasi atau rujukan.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian tindakan (Implentasi) dan evaluasi perencanaan berdasarkan assessment, sebagai langkah V Varney.
Perencanaan ini meliputi :
1. Rencana konsultasi
2. Rencana tes diagnostic/laboratorium
3. Rencana rujukan (bila diperlukan)
4. Rencana pemberian pendidikan kesehatan/konseling
5. Rencana follow up/tindak lanjut.
I : Intervensi/implementasi
Catatan ini merupakan pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah, keluhan atau mencapai tujuan pasien (persalinan). Tindakan ini harus disetujui oleh pasien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Oleh karena itu, pilihan pasien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini. Apabila kondisi pasien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan. Catatan ini sebagai langkah VI Varney.


E : Evaluasi
Catatan ini merupakan tafsiran/ penilaian dari efek tentang tindakan yang telah diambil yaitu penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari penilaian ketepatan tindakan. Kalau kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjaddi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat mencapai tujuan. Catatan ini sebagai langkah VII Varney.


D : Dokumentasi

manfaat dokumentasi

Manfaat dari dokumentasi


  1. Ditinjau dari aspek administrasi, dokumentasi bermanfaat sebagai sebuah catatan, karena berkas tersebut mengandung nilai identitas, tanggal masuk dan keluar serta data akses.
  2. Ditinjau dari aspek hokum, dokumentasi bermanfaat sebagai alat bukti yang sah, isi sebuah berkas menyangkut adanya jaminan kepastian hokum atas dasar keadilan brlangsung
  3. Ditinjau dari aspek pendidikan, suatu berkas catatan bermanfaat untuk mendukung kegiatan pembelajaran, isi dari berkas dokumentasi menyangkut data atau informasi tentang kronologis perkembangan pelayanan kebidanan yang telah di berikan kepada pasien.
  4. Ditinjau dari aspek penelitian, dokumentasi bermanfaat sebagai penyedia data untuk keperluan penelitian. Data atau informasi yang tercantum dalam sebuah berkas dapat di pergunakan untuk keperluan penelitian dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
  5. Di tinjau dari aspek ekonomi, suatu berkas bermanfaat untuk mendokumentasikan besarnya dana yang harus di keluarkan, sehingga mengurangi terjadinya pemborosan, isi dari sebuah berkas dapat di jadikan bahan untuk menetapkan pembayaran pelayanan di sebuah institusi pelayanan kesehatan. Tanpa adanya bukti pencatatan sebuah tindakan, maka pembayaran atas tindakan tersebut tidak dapat di pertanggung jawabkan.
  6. Di tinjau dari aspek managemen catatan yang lengkap dan di simpan dengan baik menunjukkan adanya managemen yang baik pula. Suatu berkas pencatatan merupakan keseluruhan arus data dan informasi dalam system informasi kesehatan. Berkas ini digunakan dalam pelaporan dan penyusunan program sebagai pelaksanaan keputusan pimpinan.

Kamis, 11 Februari 2010

askeb varney

BAB III

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA RINGAN TERHADAP NY. NONI DI BPS NYI AYU LABUHAN MARINGGAI LAMPUNG TIMUR

TAHUN 2007

I. Pengkajian

A. Identitas (Biodata)

1. Bayi

Nama : Bayi Ny. Noni

Tanggal : 27 November 2006

Jenis Kelamin : Perempuan

2. Orang Tua

Nama Istri : Ny. Noni Nama Suami : Tn. Imam S

Umur : 23 th Umur : 27 th

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Jawa Suku : Jawa

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tani

Alamat : Sri Gading Alamat : Sri Gading

B. Riwayat Kehamilan

1. Riwayat Kehamilan

a. Pemeriksaan Kehamilan

1) Trimester I : 2 kali

Tempat Periksa : BPS NYI AYU

Keluhan : Mual, pusing dan sering BAK


2) Trimester II : 2 kali

Tempat Periksa : BPS NYI AYU

Keluhan : tidak ada keluhan

3) Trimester III : 3 kali

Tempat Periksa : BPS NYI AYU

Keluhan : Ibu mengatakan sering BAK

b. Imunisasi selama kehamilan : 2 kali

c. Penyakit yang diderita selama kehamilan

Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah menderita penyakit apa-apa

2. Riwayat Persalinan

a. Persalinan ditolong oleh : bidan

b. Jenis persalinan : spontan pervaginam

c. Tempat persalinan : Bps. Oleh NYI AYU

d. Lama persalinan : Kala I : 7 jam 45 Menit

Kala II : 25 ment

Kala III : 1 jam 15 menit

e. Masalah yang terjadi selama persalinan :

Tidak ada masalah selama persalinan

f. Keadaan air ketuban : jernih

g. Keadaan umum BBL

Kelahiran tunggal

Usia kehamilan saat melahirkan + 38 minggu

3. Riwayat Nifas

a. Masalah setelah persalinan

Tidak ada masalah


C. Pemeriksaan Fisik

1. Nilai Apgar

No

Asfek yang dinilai

0

1

2

Waktu

1

5

1

Frekuensi denyut jantung

Tidak ada

Kurang dari 100

Lebih dari 100

1

2

2

Usaha bernapas

Tidak ada

Lambat teratur

Menangis kuat

1

1

3

Tonus otot

Lumpuh

Ekstremitas flexi sedikit

Gerakan aktif

1

1

4

Reaksi terhadap rangsangan

Tidak ada

Gerakan sedikit

Menangis

2

2

5

Warna kulit

Biru / pucat

Tubuh kemerahan ekstremitas biru

Seluruh tubuh kemerahan

1

2

6

8

2. Antropometri

a. Berat badan : 3200 gram

b. Panjang badan : 40 cm

c. Lingkar kepala : 35 cm

3. Refleks

a. Moro : ada

b. Tonic neak : ada

c. Palmargrap : ada

4. Menangis : bayi menangis pada saat dirangsang

5. Tanda vital

a. Suhu : 360C

b. Nadi : 110 x/mnt

c. Pernapasan : 34 x/mnt

6. Kepala

a. Simetris : Tidak ada kelainan yang dialami

b. Ubun-ubun besar : cembung

c. Ubun-ubun kecil : Tidak ada

d. Caput succedenum : Tidak ada

e. Cephal hematoma : Tidak ada

f. Saturan : tidak – moulage

g. Luka dikepala : tidak ada

h. Kelainan yang dijumpai : tidak ada kelainan

7. Mata

a. Posisi : simetris mata kanan dan kiri

b. Kotoran : tidak terdapat kotoran

c. Pendarahan : tidak terdapat pendarahan

d. Bulu mata : ada

8. Hidung

a. Lubang hidung : terdapat 2 lubang kanan dan kiri

b. Cuping hidung : ada, kanan dan kiri simetris

c. Keluaran : tidak ada

9. Mulut

a. Simetris : atas dan bawah

b. Palatum : tidak ada celah

c. Saliva : tidak ada hipersaliva

d. Bibir : tidak ada Labia skizis

e. Gusi : merah tidak ada laserasi

f. Lidah bintik putih : tidak ada

10. Telinga

a. Simetris : kanan dan kiri

b. Daun telinga : ada kanan dan kiri

c. Lubang telinga : ada kanan dan kiri berlubang

d. Keluaran : tidak ada

11. Leher

a. Kelainan : tidak ada kelainan

b. Pergerakan : dapat bergerak ke kanan dan kiri

12. Dada

a. Simetris : simetris, kanan dan kiri

b. Pergerakan : bergerak waktu bernapas

c. Bunyi nafas : nafas lambat teratur

d. Bunyi jantung : lup-duk teratur.

13. Perut

a. Bentuk : tidak ada kelainan / simetris

b. Bising usus : teratur

c. Kelainan : tidak ada kelainan

14. Tali Pusat

a. Pembuluh darah : 2 arteri dan 1 vena

b. Perdarahan : tidak ada pendarahan

c. Kelainan : tidak ada kelainan

15. Kulit

a. Warna : kemerahan dan ekstrimitas biru

b. Turgor : (+) ada

c. Lanugo : ada

d. Vernik caseosa : ada

e. Kelainan : tidak ada kelainan

16. Punggung

a. Bentuk : lurus

b. Kelainan : tidak ada kelainan

17. Ekstrimitas

a. Tangan : simetris kanan dan kiri

b. Kaki : simetris kanan dan kiri

c. Gerakan :

d. Kuku : lengkap

e. Bentuk kaki : lurus

f. Bentuk tangan : lurus

g. Kelainan : tidak ada kelainan

18. Genetalia

Pria

a. Scrotum : ada

b. Testis : sudah turun

c. Penis : tidak ada kelainan

d. Kelainan : tidak ada

II. Identifikasi Masalah, Diagnosa dan Kebutuhan

· Diagnosa Medik

Bayi baru lahir spontan cukup bulan, letak sungsang dengan asfiksia ringan.

Dasar :

1. Bayi lahir sungsang pervaginam tanggal 27 November 2006

2. Suhu tubuh 360C, APGAR 6/10, BB 3200 gr, PB : 40 cm DJJ : 100 x/menit, Ekstremitas Biru

· Masalah

Gangguan pemenuhan O2

Dasar : - Terdapat lendir pada jalan nafas

- Nafas masih terdapat ronkhi

· Kebutuhan

Memberikan jalan nafas, suhu

Perawatan tali pusat

Dasar :

- Apgar, pengaturan suhu

- Tali pusat masih basah


III. Antisipasi Masalah Potensial atau Diagnosa Lain

1. Asfiksia berat

2. Hipotermi berat / sedang

3. Infeksi tali pusat

IV. Evaluasi Kebutuhan Segera

1. Bersihkan jalan nafas

2. Keringkan tubuh bayi

3. Melakukan rangsangan taktil

V. Perencanaan

1. Keringkan tubuh bayi kemudian selimuti dengan kain bersih dan kering.

Rasional : Agar bayi bersih dari darah, lendir, air ketuban dan juga kehangatan tubuh bayi agar tidak hipotermi.

2. Berikan jalan nafas

Rasional : Agar jalan nafas bersih dan dapat bernapas dengan lancar.

3. Lakukan rangasangan taktil dan hitung APGAR Score menit ke-5

Rasional : Untuk merangsang pernafasan dan mengetahui nilai APGAR pada menit ke-5

4. Observasi keadaan umum bayi

Rasional : Agar tali pusat tetap bersih dan tidak terjadi infeksi

5. Lakukan roming in

Rasional : Agar bayi mendapat ASI secepatnya

VI. Pelaksanaan

Pada tanggal 27 November 2006, pukul 10.30 WIB

1. Mengeringkan tubuh bayi dan membungkus tubuh bayi dengan kain kering dan bersih.

2. Menghisap lendir menggunakan slim

3. Melakukan rangsangan taktil yaitu dengan menyentil telapak kaki kemudian menghitung APGAR Score menit ke-5

4. Mengobservasi keadaan umum bayi

5. Melaksanakan perawatan tali pusat sehari-hari dengan membersihkannya disaat memandikan bayi dan mengganti kassa dengan diberi olkohol.

6. Melakukan rooming in.

VII. Evaluasi Pada

Pada tanggal 27 November 2006, Pukul 12.00 WIB

1. Bayi sudah bersih dan terbungkus kain kering

2. Mulut dan hidung bersih, dapat bernafas dengan lancar

3. Ronkhi

4. Keadaan umum bayi membaik, denyut jantung 110 x/menit, suhu 36,50C, RR 39 x/menit dan tubuh bayi sudah kemerahan.

5. Tali pusat bersih dan tidak ada perdarahan.

6. Bayi bersama dengan ibunya dalam satu kamar.